Kamis, 23 Juni 2011

pembiasan cahaya

Pembiasan Cahaya

Minggu, 19 Juni 2011

KERAGUAN

Karena tak kutemukan
Kata paling sayang
Kubiarkan angan melayang

Karena tak kudapatkan
Kata paling rindu
Kutelantarkan hasrat menggebu

Karena tak kuperoleh
Kata paling rindu
Kusemayamkan saja dalam doa

Ada sayang
Yang meminta pengorbanan panjang
Agar tak tercerabut hilang

Ada rindu
Yang membutuhkan waktu lama
Untuk sampai kepada yang dituju

Ada cinta
Yang melahirkan banyak Tanya
Sehingga membuatmu menundukkan kepala

SERULING HUJAN

Angin mulai membawa
Seruling hujan
Dalam kejenuhan menyapaku
Kudebgarkan
Alunan demi alunan

Penghibur laraku
Kedinginan malam
Menyambut seruling hujan
Yang membuat lubuk hati kian terkatup
Kini
Seruling hujan
Telah berkelana ke dunia seberang

TENTANG CINTA

Sebab cinta tak bisa diukur
Dengan tingginya gunung
Dengan dalamnya palung
Ia ada disini
Di sanubari

Sebab cinta tak bisa dilukiskan
Dengan indahnya puspa
Dengan dahsyatnya kata
Ia ada di sana
Di setiap jengkal sukma
Sebab cinta
Adalah metamorfosa
Dari jiwa yang tersentuh cahaya surge

PERASAAN APAKAH INI

Perasaan apakah ini?
Meniup dingin
Seketika meluap panas

Perasaan apakah ini?
Menghindar saat berada
Mengharap saat tiada

Perasaan apakah ini?
Ingin menghindar dan menjauhimu
Membayang dan melamunkanmu

Perasaan apakah ini?

BONEKA

Aku hanya sebuah lukisan
Yang selalu dipandang
Tanpa mendapat sentuhan
Kasih saying
Cinta

Aku hanya sebuah lukisan
Yang hidup karena goresan kuas
Dan sentuhan tinta
Agar terlihat indah dan menarik

Aku seperti pion catur
Kehendak dam kemauan selalu diatur
Tanpa ada yang bertanya
Bagaimana perasaanku
Bagaimana keinginanku

Aku seperti pion catur
Merasakan waktu selalu berjalan lama
Tanpa perubahan – tanpa semangat
Tanpa gairah hidup yang kuat

Aku
Aku bosan
Aku benci
Mengapa aku
Mengapa hanya aku
Yang jadi mainanmu

Aku tak perlu perhatian kakumu
Aku tak perlu aturan kerasmu
Biarkan aku
Aku manusia, aku bukan boneka

PENGKHIANAT CINTA

Sayang
Kau tahu aku terluka
Namun kau simbah jua dengan cuka
Sungguh kau sangat tega
Maduku kau buang sudah
Hingga bunga cintamu layu lelah
Di pusaran angin kasih
Menghujam
Merasuk
Membunuh

Kasih
Sakitnya hatiku ini
Tak bisadinilai dengan neraca
Pedih, sakit
Karena aku tahu
Kau tega mendua

Cinta
Yang tumbuh di hatiku
Telah berguguran runtuh
Karena kau!
Penghianat cinta